Indramayu - Taman Wisata Banjar , terletak di Desa Bulak Kidul Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, tepatnya dipinggir Jalan raya Jatibarang - Karangampel. Di tempat ini terdapat kelompok kera yang sangat dikeramatkan. Bahkan jumlah monyet ini tidak pernah kurang atau lebih dari 41 ekor. Tempat ini dijadikan sebagai tempat wisata yang selalu ramai dikunjungi orang saat Hari Raya Idul Fitri ataupun Idul Adha.
Konon, 41 ekor monyet penghuni Banjar tersebut adalah prajurit yang terkena kutukan. Pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, hiduplah seorang patih bernama pangeran Surya Negara. Suatu saat ia mendapat perintah dari Sultan Cakra Buana untuk melihat dan sekaligus mengatasi musibah banjir di kawasan Kali Longga Trisna. Ditemani oleh prajurit dari kerajaan Gunung Jati, Pangeran Surya Negara pun berangkat.
Setibanya di Kali Longga Trisna, Surya Negara melihat betapa parahnya wilayah tersebut akibat dari banjir yang melanda kawasan tersebut. Melihat hal tersebut Pangeran Surya Negara memutuskan untuk membuat sebuah bendungan. Namun ternyata jumlah pasukan yang ia bawa tidak sebanding bila dibandingkan dengan pekerjaan pembuatan bendungan besar tersebut. Pangeran Surya Negara pun berinisiatif meminta bantuan pada kerajaan Karang Kendal yang masih termasuk dalam wilayah kekuasaan Sunan Gunung Jati.
Pihak Karang Kendal pun sepakat mengirimkan bala bantuan ke lokasi pembangunan bendungan di tepi kali Logangga Trisna. Sambil menantikan datangnya bala bantuan, Pangeran Surya Negara bersama pasukannya memulai pekerjaan besarnya terlebih dahulu. Sementara bala bantuan yang ditunggu tidak kunjung datang juga, barulah ketika pekerjaan telah selesai bantuan yang ditunggu-tunggu itu pun datang. Tentu saja Pangeran Surya Negara menjadi sangat kesal. Namun ia masih menahan emosi untuk menghormati kerajaan Karang Kendal. Pasukan bala bantuan yang datang itu tetap diterimanya dengan baik, tetapi saat itu kebetulan waktu Shalat Ashar sudah tiba maka sang Pangeran menitipkan sebuah bungkusan kepada kepala rombongan prajurit dan berpesan agar tidak seorangpun diijinkan membuka bungkusan tersebut.
Namun kepala prajurit kerajaan Kendal dan anak buahnya tidak mengikuti pesan pangeran Surya Negara. Pimpinan rombongan akhirnya tergoda untuk membuka bungkusan yang dititipkan kepadanya. Ternyata isi bungkusan itu adalah buah kurma yang segar. Maka tanpa pikir panjang buah kurma tersebut di makan beramai-ramai. Disaat para prajurit tersebut tengah makan Pangeran Surya Negara datang dengan marah karena mengetahui perintahnya telah dilanggar, sang pangeran pun mengutuk para prajurit seperti menjadi kera, karena tingkah laku mereka mirip seekor kera yang suka mencuri dan tidak perduli.
Pada saat itu juga seluruh prajurit dari kerajaan Karang Kendal itu langsung berubah wujud menjadi monyet yang berjumlah 41 ekor dan kemudian oleh pangeran surya negara diberi nama Ki Buyut Banjar. Itulah asal muasal kisah 41 ekor monyet yang kini dikeramatkan dan menghuni komplek pekuburan Banjar di Desa Bulak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, Jawa Barat atau yang sekarang dikenal dengan Taman Wisata Banjar.
INDRAMAYU (Suara Karya) Batik Paoman Art yang diproduksi di Indramayu sudah tidak hanya diminati masyarakat daerah lain di Indonesia, tapi sudah berkembang pemasarannya hingga ke luar negeri. Batik Paoman sudah merambah ke negara Jepang, Australia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, China, Dubai, dan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Demikian diutarakan Hj. Siti Ruminah Sudiono (59) pemilik perusahaan Batik Paoman Art ketika dikonfirmasi Suara Karya di tempat usahanya, beberapa hari lalu. Ia menjelaskan, jenis batik yang sudah banyak beredar adalah batik tulis, batik cetak atau printing. Saat ini ada motif terbaru yang sedang tren atau naik daun yakni Batik Paoman motif cicak dan buaya.
"Batik motif ini banyak digemari pejabat tinggi negara. Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono dan ibu-ibu menteri juga memesan produk Batik Paoman ini," kata Hj Siti Ruminah yang kini mempunyai 65 karyawan dan omzet penghasilan per bulan sekitar Rp 100 juta. Hj. Siti Ruminah menjelaskan, usahanya sudah dirintis sejak tahun 1981 dengan bahan baku dari beberapa daerah di Indonesia seperti Pekalongan (Jateng), Garut (Jabar) dan Makassar (Sulsel). Ia juga mengaku mendatangkan bahan sutera dari China dan zat pewar-nanya dari Jerman).
Selain cicak dan buaya, motif lainnya yang digemari adalahmotif rumpun padi, merak ngibing, merak panjang, dan spiderman. Ada pula motif kuno yang tetap digemari seperti kapal kandas, udang etong, lock chan, kapal kapas, dan batik pintu raja.
Kehadiran Batik Paoman telah mendukung citra Indonesia di dunia internasional ini diakui oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat sehingga beberapa kali mendapat penghargaan. "Kami pernah mendapat penghargaan dari Presiden, dari Menteri Koperasi, tiga kali dari Gubernur Jabar dan dua kali dari Bupati Indramayu, serta penghargaan dari Iwapi Pusat Kami sudah berulang kali mengadakan pameran di dalam negeri maupun luar negeri, sehingga sudah dikenal luas," kata Hj.
Siti Ruminah yang kini juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Batik Praja Gumiwang Indramayu dan Ketua Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Indramayu. Sebagai Ketua Iwapi Indramayu, katanya, dirinya berkewajiban untuk mem-bantusesama kaum perempuan di daerah ini yang sebagaian besar menjalankan kegiatan industri rumah tangga untuk mendukung perekonomian keluarga. "Kami perlu memotivasi dan membina mereka agar .usahanya semakin berkembang," katanya.
Oleh karena itu ia merespon positif terhadap berbagai upaya Bupati Indramayu Dr H Irianto Mahfudz Sidik Syafiuddin yang diras-akannya begitu peduli terhadap kalangan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam berbagai bentuk, mulai permodalan, pelatihan, manajemen, hingga promosi.